23 Januari 2009

Ulasan tentang komik Indonesia

Agaknya waktu sekarang ini semakin banyak saja penggemar komik/manga di indonesia. Sudah mulai muncul deretan judul2 komik yang memenuhi chart kepala masing2 pembaca, seperti Naruto (Masasi Kishimoto), Bleach (Kubo Titre), One Piece (Eichiro Oda), Dragon Ball (Akira Toriyama) dan lain sebagainya, Untuk saat ini komik impor lebih bejibun ketimbang komik lokal, masih ingatkah Gundala Putra Petir, Godam, dan lain2?
PhotobucketPhotobucket Itu komik2 jaman bahula, yang sekarang udah jarang, bahkan saya sendiri belum pernah melihatnya, paling kalau pas ngebrows lewat search engine, ngeliat kovernya, gitu2 aja, kalau isinya sih belum pernah sama sekali.
Biarpun begitu, kepedulian masyarakat akan keberadaan komik Indonesia juga semakin menurun, para pembaca hanya tahu membaca komik bagus, tanpa peduli itu impor atau lokal. Yang menarik dari komik adalah gambarnya, kebanyakan pembaca memilih komik dengan gambar bagus ketimbang gambar yang masuk kategori kurang bagus, (saya tidak menuduh secara umu, namun kalau saya lihat pembaca lebih senang pada gambar daripada alur cerita, mohon jangan tersingggung) sehingga tidak hanya membayangkan saja seperti kalau sedang membaca novel, tetapi juga bisa melihat secara langsung apa yang sebenarnya dilakukan oleh tokoh dalam cerita komik tersebut. Nah disini dicurahkan semua ekspresi semangat dan segala hal yang dilakukan tokoh oleh si Penulis komik tersebut. Semangat yang muncul oleh Penulis adalah menciptakan dunia baru yang dituangkan dalam komik tersebut. Dengan ide2 gila sinting dan gag jelasnya itu, mereka menciptakan suatu cerita yang sama sekali berbeda, dengan coretan hitam putih di atas kertas.
Saya (penulis) adalah salah satu pembaca dan penulis (biarpun tidak selalu aktif, dan belum memiliki komik resmi dengan namanya tertulis sebagai penulisnya) komik yang peduli dengan perkembangan komik lokal Indonesia. Biarpun bisa dibilang masih kurang pengalaman dan pengetahuan tentang komik, saya bercita-cita nantinya komik buatan anak-anak bangsa ini ynag memenuhi rak-rak toko buku (bukan berarti buku lain tidak penuh, paling nggak ada setengahnya lah) di indonesia dan kalu bisa luar negeri juga.
Seandainya semua orang di Indonesia yang bercfita-cita menjadi komikius dikumpulkan pasti jumlahnya beribu-ribu orang. Baik amatiran ataupun pro.
Sudah pernah saya melihat komik buatan Indonesia yang ada di salah satu toko buku, (halah semua juga tau tokonya kan? Yang paling sering dikunjungi orang banyak itu lho!) belum semua saya baca, baru satu dua komik, dan pendapat (pribadi) saya, idenya manga banget, dengan tokoh2 yang benar2 jepang, dan cerita dengan ending tidak jelas.
Inilah salah satu yang mempengaruhi komik Indonesia, begitu banyak komikus Indonesia yang terpengaruhi gaya komik Jepang (manga), dengan mata besar, dan lain2, memang idenya bagus, namun terlihat begitu pasaran jika dibanding dengan manga lainnya.
Komik lain bnyak juga yang mengusung cerita lokal, dengan desain karakter seperti gaya komik Amerika (DC dan Marvel), dan juga terlihat pasaran.
Sebenarnya apa yang membuat komik Indonesia kurang bisa berkembang? Baik atau buruknya komik memang berada di tangan pembaca, mereka yang memutuskan untuk membaca atau tidak membaca sebuah komik. Kita sebagai penulis (halah) harus senantiasa memutar, memeras otak, dan akal, agar komik kita nantinya bisa menarik untuk dibaca. Bagi saya bagaimana komik diciptakan tidak terlalu penting, baik alat2 yang dipakai, kertas, atau apalah…, asal komik jadi dan bagus (menurut saya), ya sudah, kita coba bergelut saja dengan duni bisnis komik ini.

Saya sendiri pernah dengan pedenya mengirimkan komik gag jelas saya ke salah satu penerbit terkenal di indonesia, dengan surat pengantar dari SMA saya, kalau dihitung sudah 3 tahun yang lalu, dan sampai sekarang tidak ada kabar apapun, itulah kebodohan terbesar saya. Dan sekarangpun komik yangs aya buat hanya dengan pensil 2B, Bolpoin tinta (fineliner) Spidol hitam, dan kertas HVS F4, dan sebuah kaca (benar2 kaca untuk jendela) sebagai landasannya itu sudah hilang tajk bebekasentah kemana.
Mulai dari itu saya berjuang mencari informasi, dan entah, setelah saya bekerja, sudah tida begitu aktif juga dengan masalah menggambar komik. Setiap akhir minggu hanya melihat2 komik dan membeli komik bagus, itu2 aja.
Yah.. saya belum menyerah, sudah banyak ide2 bermunculan dan otak saya sudah benar2 mual dengan ide2 itu, harus saya muntahkan segera, (sekarang sedang merancang komik, dan belulm sempat sama sekali membuat sketsa karakter utamanya, hanya menggambar corat coret mencuri waktu saat bekerja).
Sekarang yang kita perlukan hanyalah perjuangan, terus berkarya dan menimba ilmu, (banyak yang bilang pada saya : “mbok yo eling karo umurmu, wis gerang isih moco komik” artinya : mbok ya ingat sama umur, sudah besar masih baca komik, dan say benar2 berang dengan ucapan tersebut, apa yang mereka tahu tentang komik? Tidak semua komik hanya untuk anak-anak, sama seperti novel, ada ratingnya juga, tahu kan?)
Begitulah ulasan rak genah khas penulis.

1 komentar:

  1. benar tuh kita harus semangat, biar udah tua harus tetap berkarya sampai mati!

    BalasHapus